Ketahanan Pangan (II)

29 Sep

Aspek Ketahanan Pangan

Masalah ketahanan pangan tidaklah sesederhana seperti definisi tersebut di atas, melainkan merupakan masalah yang kompleks seperti di kemukakan oleh Saragih (1998) yang merumuskan persoalan pangan ini menjadi empat aspek antara lain : 1) aspek penyediaan jumlah pangan yang cukup untuk memenuhi permintaan pangan yang meningkat karena pertumbuhan penduduk, perubahan komposisi penduduk maupun akibat peningkatan penduduk, 2) aspek pemenuhan tuntutan kualitas dan keanekaragaman bahan pangan untuk mengantisipasi perubahan preferensi konsumen yang semakin peduli pada masalah kesehatan dan kebugaran, 3) aspek tentang pendistribusian bahan-bahan pangan pada ruang dan waktu dan 4) aspek keterjangkauan pangan (food accessibility) yaitu ketersediaan bahan pangan (jumlah, kualitas, ruang dan waktu) harus dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
Senada dengan pendapat Saragih tersebut, Wibowo (2000) menjelaskan 3 (tiga) dimensi yang secara implisit terkandung di dalam ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan (food availability), stabilitas pangan (food stability) dan keterjangkauan pangan (food accessibility). Ketersediaan pangan mengisyaratkan adanya rata-rata pasokan pangan yang cukup tersedia setiap saat. Stabilitas pangan didefinisikan sebagai kemampuan meminimalkan kesenjangan kemungkinan konsumsi pangan terhadap permintaan konsumsi pangan, khususnya pada tahun atau musim sulit. Sedangkan keterjangkauan diartikan sebagai kemampuan secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh pangan yang dikaitkan dengan kemampuan berproduksi atau kemampuan membeli pangan. Harga pangan harus terjangkau oleh daya beli masyarakat.

FAO (2002) memakai empat jenis kondisi yang hampir sama untuk menilai ketidaktahanan pangan atau kelaparan baik pada tingkat rumah tangga maupun individu yaitu: a) ketersediaan pangan (Dietary Energy Supply), b) konsumsi energi, c) status gizi secara anthropometri dan 4) persen pengeluaran untuk makanan (% expenditure).

Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan oleh Kasryno (2000) bahwa ketahanan pangan mencakup berbagai aspek antara lain: ketersediaan, kehandalan, keberlanjutan dan keterjangkauan. Dalam aspek ketersediaan mencakup tingkat nasional, wilayah dan rumah tangga. Kehandalan atau stabilitas memiliki dimensi waktu jangka pendek dan jangka panjang. Kecukupan dan keberlanjutan jangka panjang terkait dengan aspek pembangunan berkelanjutan. Keterjangkauan adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sesuai dengan gizi yang sehat.

Menurut Kasryno (2000) yang sangat sensitif mempengaruhi ketahanan dan keamanan pangan di tingkat rumah tangga adalah daya beli atau keterjangkauan komoditi pangan. Golongan masyarakat yang sangat rentan terhadap perubahan ini adalah angkatan kerja yang bekerja pada sektor informal dengan kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang masih rendah. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya jangkauan terhadap penguasaan lahan pertanian dan aset produktif lainnya. Karena itu dapat disimpulkan bahwa masalah yang sangat mendasar dalam ketahanan pangan adalah keterjangkauan pangan oleh rumah tangga dan masalah kehandalan dan keberlanjutan dari penyediaan pangan. Keterjangkauan pangan oleh keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan dan harga pangan. Kehandalan dan keberlanjutan ditentukan oleh kemampuan dan stabilitas produksi pangan dalam negeri dan kemampuan pembiayaan untuk mengimpor serta keadaan penyediaan pangan di pasar internasional. Gambar 1. memperlihatkan bahwa suatu kondisi ketahanan pangan secara makro dapat terealisasi apabila semua aspek atau dimensi yang terkait dengan ketahanan tersebut harus bekerja sesuai dengan sistem dan fungsinya.

3 Responses to “Ketahanan Pangan (II)”

  1. trivy 7 March 2008 at 1:14 514b #

    aq perlu tentang aksesibilitas transportasi.bantu aku dong????????????

  2. kapz 10 December 2008 at 3:34 334b #

    thnx ya info nya, sngt membantu 🙂

  3. idur 11 December 2008 at 12:23 423b #

    youre welcome kapz !!

Leave a comment